POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN GIZI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Hidup yang baik dan bermakna hanya dapat diwujudkan dengan hidup yang
sehat. Pepatah mengatakan bahwa kesehatan adalah harta yang paling
berharga dalam hidup ini.Untuk mendapatkan hidup yang sehat dapat dilakukan
dengan pola makan atau kebiasaan makan yang baik dan benar.Makanan merupakan
kebutuhan pokok makhluk hidup.Tanpa makanan, makhluk hidup tidak bisa untuk
menjalankan kegiatan sehari-hari.Setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan,
tua muda, sakit sehat selalu membutuhkan makanan, dalam jenis dan porsi yang
berbeda.
Kebutuhan akan makanan mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Berawal
dari istilah empat sehat lima sempurna, dimana setiap orang disarankan
untuk memenuhi kebutuhan gizi melalui sumber karbohidrat (beras, ubi, gandum),
lauk sebagai sumber protein dan lemak (ikan, tempe, tahu, daging dsb), sayur
sebagai sumber vitamin, serat dan mineral, buah sebagai sumber vitamin dan
mengonsumsi susu agar menjadi 5 sempurna. Namun demikian, empat sehat lima
sempurna tidaklah harus dipenuhi, mengingat kebutuhan masing-masing orang akan
berbeda misalnya orang yang megalami kegemukan (obese) tidak
disarankan mengkonsumsi berbagai makanan yang berlemak.
Kebutuhan makanan bagi setiap orang kemudian bergeser
menjadimenu seimbang, dalam artian, bahwa kebutuhan tiap individu tidak
harus mengikuti empat sehat lima sempurna, namun disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing individu. Pergeseran kebutuhan makanan terjadi lagi, mengingat
terjadi peningkatan penyakit seperti kanker, diabetes mellitus, jantung dan
sebagainya.
Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran pangan masyarakat akan
pentingnya hidup sehat, maka tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga semakin
bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen bukan saja yang
mempunyai komposisi gizi yang baik serta kenampakan dan cita rasa yang menarik,
tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh.
Saat ini banyak dipopulerkan bahan pangan yang mempunyai fungsi
fisiologis tertentu di dalam tubuh, misalnya untuk menurunkan tekanan darah,
menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, meningkatkan
penyerapan kalsium, dan lain-lain. Saat ini telah banyak diketahui bahwa di
dalam bahan pangan terdapat senyawa yang mempunyai peranan apenting bagi
kesehatan.Senyawa tersebut mengandung komponen aktif yang mempunyai aktivitas
fisiologis yang memberikan efek positif bagi kesehatan tubuh orang yang
mengkonsumsinya. Istilah pangan fungsional merupakan nama yang paling dapat
diterima semua pihak untuk segolongan makanan dan atau minuman yang mengandung
bahan-bahan yang diperkirakan dapat meningkatkan status kesehatan dan mencegah
timbulnya penyakitpenyakit tertentu.
Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan dan obat berdasarkan
penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.Kalau obat fungsinya terhadap
penyakit bersifat pengobatan (kuratif), maka pangan fungsinal hanya
bersifat membantu pencegahan suatu penyakit (preventif).Sedangkan
suplemen makanan adalah bahan pangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan
bagi diet normal yang merupakan sumber gizi.
Kelompok senyawa yang dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis
tertentu di dalam pangan fungsional adalah senyawa-senyawa alami di luar zat
gizi dasar (karbohidrat, protein, dan lemak) yang terkandung dalam pangan yang
bersangkutan, yaitu: serat makanan (dietary fiber), oligosakarida, gula
alkohol (polyol), asam lemak tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty
acids = PUFA), peptida dan protein tertentu, glikosida dan isoprenoid,
polifenol dan isoflavon, kolin dan lesitin, bakteri asam laktat, phytosterol,
vitamin dan mineral tertentu (Tarigan, 1986).
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan peran kedelai sebagai
pangan fungsional.
2. Mendeskripsikan peran kedelai untuk
mencegah penyakit jantung.
3. Mendeskripsikan peran kedelai untuk
mencegah osteoporosis.
4. Mendeskripsikan peran kedelai pada
kejadian menopause.
5. Mendeskripsikan peran kedelai untuk
mencegah kanker.
6. Mendeskripsikan peran kedelai untuk
mencegah penyakit ginjal
7. Mendeskripsikan peran kedelai
untuk mencegah diabetes mellitus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pangan Fungsional
Pangan
fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang
diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalammya (The
First Internasional Conferensi East- West Perspective on Fungsional Foods 1996
).
Pangan
fungsional adalah pangan olahan yang mengandung bahan-bahan yang berdasarkan
kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, tidak membahayakan, dan
bermanfaat bagi kesehatan (Wildman 2001). Pangan fungsional adalah pangan
yang dapat memberikan manfaat kesehatan diluar zat-zat
gizi dasar (The International Food Information).
Pangan
fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun telah melalui proses,
mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian
ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang
bermanfaat bagi kesehatan. Serta dikonsumsi sebagai mana
layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa
penampakan, warna dan tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh
konsumen, tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberikan efek samping
pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap
metabolisme zat gizi lainnya (Badan POM, 2001).
Pangan
Fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan
manfaat bagi kesehatan di luar manfaat yang diberikan zat gizi yang terkandung
di dalamnya.Dikenal dengan nutraceutical, designer food, medicinal food,
therapeutic food, food ceutical dan medifood.
Pangan
fungsional adalah pangan yang memiliki tiga fungsi yaitu fungsi primer, artinya
makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi (karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral); fungsi sekunder artinya makanan tersebut dapat diterima
oleh konsumen secara sensoris dan fungsi tersier artinya makanan tersebut
memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan, mengurangi terjadinya suatu penyakit
dan menjaga metabolisme tubuh. Jadi pangan fungsional dikonsumsi bukan berupa
obat (serbuk) tetapi dikonsumsi berbentuk makanan. Contoh makanan fungsional
yaitu makanan yang mengandung bakteri yang berguna untuk tubuh: yoghurt,
yakult, makanan yang mengandung serat, misalkan bekatul, tempe, gandum utuh,
makanan yang mengandung senyawa bioaktif seperti teh (polifenol) untuk mencegah
kanker, komponen sulfur (bawang) untuk menurunkan kolesterol, daidzein pada
tempe untuk mencegah kanker, serat pangan (sayuran, buah, kacang-kacangan)
untuk mencegah penyakit yang berkaitan dengan pencernaan.
B. Syarat
- Syarat Pangan Fungsional
Menurut
para ilmuwan Jepang, beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu produk
agar dapat dikatakan sebagai pangan fungsional adalah.
1.
Harus
merupakan produk pangan (bukan berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk) yang
berasal dari bahan (ingredient) alami
2. Dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian
dari diet atau menu sehari – hari
3. Mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna, serta
dapat memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, seperti: memperkuat
mekanisme pertahanan tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu mengembalikan
kondisi tubuh setelah sakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental, serta
memperlambat proses
penuaan
C. Klasifikasi
Pangan Fungsional
Klasifikasi
penggolongan pangan fungsional menurut Juvan et al. 2005 adalah
sebagai berikut.
1.
Berdasarkan
golongan dari pangan tersebut (produk susu dan turunannya, minuman, produk
sereal, produk kembang gula, minyak, dan lemak)
2. Berdasarkan penyakit yang akan dihindari atau
dicegah (diabetes, osteoporosis, kanker kolon)
3. Berdasarkan efek fisiologis (imunologi,
ketercernaan, aktivitas anti-tumor)
4. Berdasarkan kategori komponen bioaktif (mineral,
antioksidan, lipid, probiotik)
5. Berdasarkan sifat organoleptik dan fisikokimia
(warna, kelarutan,tekstur)
6. Berdasarkan proses produksi yang digunakan
(kromatografi, enkapsulasi, pembekuan).
D. Kedelai
Tanaman
kedelai telah diusahakan di Indonesia sejak tahun 1970. Sebagai bahan makanan
kedelai banyak mengandung protein, lemak dan vitamin, sehingga tidak
mengherankan bila kedelai mendapat julukan : gold from the soil/ emas
yang muncul dari tanah (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1991). Berdasar warna
kulitnya, kedelai dapat dibedakan atas kedelai putih, kedelai hitam, kedelai
coklat dan kedelai hijau.Kedelai yang ditanam di Indonesia adalah kedelai
kuning atau putih, hitam dan hijau. Perbedaan warna tersebut akan berpengaruh
dalam penggunaan kedelai sebagai bahan pangan, misalnya untuk kecap digunakan
kedelai hitam, putih atau kuning sedangkan susu kedelai dibuat dari kedelai
kuning atau putih (Suliantari dan Winniati, 1990).
Kacang kacangan
merupakan sumber protein dan lemak nabati penting. Selain itu dikenal sebagai
bahan pangan yang kaya akan zat gizi, telah diketahui bahwa kacang-kacangan
(kedelai, kecipir dan lain-lain) juga mengandung komponen yang dapat merugikan
kesehatan. Komponen tersebut dikenal dengan istilah zat anti gizi antara lain
adalah tripsin inhibitor, hemaglutinin, asam fitat dan lainnya. (Marliyati,
1992)
Kedelai
termasuk salah satu sumber protein yang harganya relatif murah jika
dibandingkan
dengan sumber protein hewani. Dari segi gizi kedelai utuh mengandung protein 35
- 38 % bahkan dalam varietas unggul kandungan protein dapat mencapai 40 - 44 %
(Koswara, 1995).Komposisi zat gizi kedelai kering dan basah berbeda, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Kedelai
dalam 100 Gram
Zat Gizi
|
Kedelai Basah
|
Kedelai
Kering
|
Energi
(kkal)
|
286,0
|
331,0
|
Protein
(g)
|
30,2
|
34,9
|
Lemak
(g)
|
15,6
|
18,9
|
Karbohidrat
(g)
|
30,1
|
34,8
|
Kalium
(g)
|
196,0
|
227,0
|
Fosfor
(g)
|
506,0
|
585,0
|
Besi
(mg)
|
6,9
|
8,0
|
Vit. A
(SI)
|
95,0
|
110,0
|
Vit. B
(mg)
|
0,93
|
1,07
|
Air (g)
|
20,0
|
7,5
|
Sumber
: Widya Karya Pangan dan gizi ( 2000 )
Bila
dilihat dari komposisi kacang kacangan secara umum, maka sekitar
25% dari kalori (energi) yang terdapat dalam kacang-kacangan adalah
protein.Kacang-kacangan biasanya kekurangan metionin, yaitu salah
satu asam amino esensial yang diperlukan untuk membuat suatu protein
lengkap (Winarno, 1993). Nilai protein kedelai jika difermentasi
dan dimasak akan memiliki mutu yang lebih baik dari jenis
kacang-kacangan lain. Disamping itu, protein kedelai merupakan
satu-satunya leguminosa yang mengandung semua asam amino esensial
(yang jumlahnya 8 buah atau 10 buah bila dimasukkan sistein dan
tirosin) yang sangat diperlukan oleh tubuh.
Tabel 2. Kandungan Asam Amino Esensial Kedelai Per 100 gr
Asam Amino Essensial
|
Kandungan/100 g
|
Isoleusin
(mg)
|
47,3
|
Leusin
(mg)
|
77,4
|
Lisin
(mg)
|
56,9
|
Metionin
(mg)
|
11,0
|
Sistin
(mg)
|
8,6
|
Fenilalanin
(mg)
|
49,4
|
Tirosin
(mg)
|
32,3
|
Treonin
(mg)
|
41,3
|
Triptophan
(mg)
|
11,5
|
Valin
(mg)
|
47,6
|
Sumber : Widya Karya Pangan dan gizi
( 2000 )
Protein
kedelai juga memiliki kandungan lisin (asam amino esensial) dalam
jumlah besar sehingga dapat menutupi kekurangan lisin yang biasanya
terdapat pada beras dan jagung (Winarno, 1993). Perlu diketahui bahwa kedelai
juga mempunyai kekurangan yaitu hanya mengandung sedikit asam amino
metionin, selain itu kedelai juga mempunyai bau langu yang
disebabkan oleh adanya aktivitas enzim lipoksigenase yang secara
alami terdapat didalam kacang-kacangan (Muchtadi, 1992)
E.
Sifat Fungsional Kedelai
Disamping
bernilai gizi tinggi, para peneliti menemukan bahwa kedelai
mempunyai banyak efek menguntungkan
kesehatan bila dikonsumsi. Kacang kedelai merupakan sumber protein tercerna yang sangat baik. Meskipun kandungan vitamin
(vitamin A, E, K dan beberapa jenis vitamin B) dan mineral (K, Fe, Zn dan P) di dalamnya tinggi, kedelai rendah dalam kandungan asam lemak jenuh, dengan 60 %
kandungan asam lemak tidak jenuhnya terdiri atas asam linoleat dan linolenat, yang
keduanya diketahui membantu kesehatan jantung. Kacang kedelai tidak mengandung kolesterol.
Makanan
dari kedelai juga bebas laktosa, yang
sangat cocok bagi konsumen
yang menderita lactose intolerant.
Pada bulan Oktober 1999, US FDA menyetujui klaim kesehatan
yang menyatakan
bahwa konsumsi 25 gram protein kedelai, sebagai bagian dari diet rendah lemak jenuh dan kolesterol, dapat mengurangi
resiko penyakit jantung, yang merupakan
penyebab
kematian nomor satu di banyak negara maju. Hasil-hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa kedelai dapat membantu meningkatkan kondisi penderita penyakit ginjal, tekanan darah tinggi, diabetes, osteoporosis
dan
beberapa jenis kanker. Penelitian medis terkini sedang meneliti lebih lanjut potensi yang menguntungkan
tersebut dan mekanisme kerjanya.
F.
Isoflavon Dalam Kedelai
Sejumlah senyawa dalam kedelai yang mempunyai
efek bioaktif adalah senyawa-
senyawa yang digolongkan
sebagai phitokimia, antara lain asam phenolat, saponin, isoflavon dan phitosterol. Phitokimia berasal
dari sumber nabati, dan merupakan senyawa non gizi yang mempunyai banyak efek menguntungkan bagi kesehatan. Kacang kedelai merupakan
sumber
isoflavon yang kaya, juga sumber
phitokimia. Isoflavon membantu
mengurangi resiko penyakit jantung koroner, simptom menopouse,
penyakit prostat dan kanker.
Keuntungan tersebut berasal dari kemampuan isoflavon untuk mensubstitusi
atau menutupi pengaruh estrogen pada tubuh. Agar estrogen mempunyai
pengaruh, maka senyawa tersebut harus berikatan dengan reseptor estrogen pada sel manusia (seperti
mekanisme kunci dan gembok). Isoflavon, karena mempunyai struktur kimia yang sangat
mirip estrogen (sering disebut
estrogen
alami)
mempunyai sifat yang
cocok
dengan
beberapa reseptor.
Isoflavon
termasuk salah satu jenis polifenol atau flavonoid. Molekul ini juga bersifat
sebagai fitoesterogen kerena kemampuannya
berinteraksi
dengan reseptor estrogen pada sel. Pada
umumnya
isoflavon terdapat dalam tanaman
kacang-kacangan,
dengan
kandungan yang cukup besar, yaitu sekitar 0,25 %. Dalam kedelai, isoflavon terdapat dalam bentuk glikosida, yang terdiri dari 64% genistin, 23% daidzin, dan 13 % glisitin.
Sedangkan yang dominan dalam kedelai yang mengalami fermentasi adalah aglikon.
Bentuk glikosida dipertahankan oleh tanaman sebagai bentuk inaktif dan bersifat sebagai
antioksidan. Bentuk aktif dari glikosida adalah aglikon, yang dihasilkan dari pelepasa glukosa dari glikosida. Dalam pencernaan glukosa dilepaskan dari glikosida oleh enzim glukosidase dalam lumen usus kecil.
Isoflavon kedelai tergolong
dalam fitoestrogen nonsteroidal, yang terbukti mempunyai sifat potensial dalam perlindungan dan pencegahan terhadap beberapa
penyakit degeneratif, yaitu kardiovaskular, kanker dan osteoporosis. Hasil penelitian pada
tahun 1999 menunjukkan bahwa pesien-pesien yang menderita hiperkolesterolemik akan menurun kadar total kolesterol dan trigliserida darahnya dengan
mengkonsumsi isoflavon dalam
dietnya selama 9 minggu.
Hasil-hasil penelitian
lainnya menunjukkan bahwa
isoflavon dalam kedelai dapat mencegah penyakit jantung
koroner dengan cara menurunkan kadar kolesterol total, LDL, IDL dan VLDL, serta meningkatkan LDL.
Karena bersifat antioksidan, genistein dan daidzein dapat melindungi LDL dari oksidasi,
sehingga mencegah timbulnya
aterosklerosisi dari LDL yang teroksidasi. Penelitian lain
juga menunjukkan bahwa isoflavon kedelai dapat menghambat timbulnya trombin dan aktivasi platelet yang dapat menimbulkan
thrombosis dan eggregrasi (penggumpalan) sel darah merah.
1.
Penyerapan dan Absorpsi Isoflavon
Bentuk
isoflavon
utama yang dijumpai dalam
kedelai
adalah
genistein dan
daidzein dan masing-masing bentuk -glikosidanya yaitu genistin dan daidzin. Bentuk - glikosida
akan terlepas setelah hidrolisa oleh enzim usus yaitu glukosidase yang
selanjutnya diserap atau dimetabolisme
lebih lanjut menjadi berbagai jenis metabolit spesifik.
2.
Ketersediaan Biologis Isoflavon
Kadar isoflavon dalam produk-produk
kedelai dapat bervariasi tergantung jenis kedelai, kondisi pertumbuhan, cara pengolahan dan faktor-faktor lainnya. Tidak semua produk kedelai mengandung
genistin dan daidzin, karena keduanya dapat hilang selama pengolahan.
Tetapi, isoflavon ketersediaan biologisnya sangat tinggi jika dikonsumsi
manusia, baik sebagai makanan maupun food suplemen
3. Isoflavon dalam Produk Kedelai
Phitokimia
merupakan senyawa dari tanaman yang mempunyai
kemampuan
biologis aktif baik pada hewan percobaan atau manusia yang mengkonsumsinya.
Salah
satu senyawa phitokimia adalah isoflavon. Senyawa tersebut terdapat dalam kacang- kacangan dalam jumlah yang bervariasi, tetapi satu-satunya sumber pangan berisoflavon
tinggi bagi manusia adalah kedelai. Isoflavon merupakan phitoestrogen dan mempunyai
struktur kimia yang mirip dengan hormon estrogen. Jika dikonsumsi
oleh hewan percobaan atau manusia, isoflavon akan menghasilkan efek estrogen lemah. Dua jenis
isoflavon utama dalam kedelai adalah genistein dan daidzein dan masing-masing dengan
glikosidanya. Sebagian besar isoflavon dalam kedelai terdapat dalam bentuk glikosida, yaitu genistein dan daidzein.
Makanan yang terbuat dari kedelai mempunyai
jumlah isoflavon yang bervariasi, tergantung
bagaimana mereka diproses. Makanan dari kedelai seperti tahu, susu kedelai, tepung kedelai dan kedelai utuh mempunyai kandungan isoflavon berkisar antara 130 – 380 mg/100
gram. Kecap
dan minyak kedelai tidak mengandung isoflavon. Produk kedelai yang digunakan
sebagai bahan tambahan pangan, seperti isalat dan konsentrat
protein kedelai mempunyai kandungan isoflavon yang bervariasi, tergantung
bagaimana
proses pengolahannya. Misalnya, hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan alkohol dalam proses ekstraksi menghasilkan
kadar isoflavon yang rendah. Tabel 2. menunjukkan kadar isoflavon beberapa produk olahan kedelai.
Tabel 2. Produk pangan dari kedelai dan kadar isoflavon total (Data dari USDA Iowa
State
University Database on the Isoflavone Content of Food, 1999)
Produk Olahan Kedelai
|
Kadar Isoflavon (mg/100g bdd)
|
Miso
Miso soup
mix, dry
Soymilk
Soybean butter
Soybean oil
Soy flour, full fat, roasted
Soy protein isolate
Tempeh burger
Tofu (Mori-Nu,
silken, firm)
Tofu (Vitasoy, silken, soft)
|
2.55
0.39
9.56
0.57
0.00
198.95
97.43
3.00
7.91
33.17
|
Isoflavon kedelai dapat di
metabolisme oleh mikroflora saluran pencernaan. Asam lambung juga
diduga membantu proses ini. Bagian
gula dihilangkan dari glikosida, menghasilkan
bentuk aktif genistein dan daidzein, yang kemudian diserap usus halus. Tetapi, isoflavon juga dapat didegradasi oleh mikroflora
usus menghasilkan
metabalit-
metabalit yang lain. Daidzein lebih dapat dicerna atau dimanfaatkan tubuh dibandingkan
dengan genistein, karena mempunyai waktu yang lebih lama bertahan dalam usus halus.
Genistein didegradasi
dua kali lebih cepat, sehingga
lebih sedikit yang dapat diserap. Meskipun
demikian, beberapa produk hasil metabolismenya kemungkinan juga
bermanfaat bagi kesehatan.
Kedelai telah menjadi makanan sehari-hari penduduk Asia. Pada sebagian besar
negara Asia, konsumsi isoflavon
diperkirakan antara 25 – 45 mg/hari. Jepang merupakan
negara yang mengkonsumsi
isoflavon terbesar, diperkirakan konsumsi harian orang
Jepang adalah 200 mg/hari. Di negara-negara Barat konsumsinya kurang dari 5 mg isoflavon per hari.
4. Efek
Fisiologis Isoflavon
Hasil-hasil penelitian di berbagai bidang kesehatan telah membuktikan
bahwa konsumsi produk-produk
kedelai berperan penting dalam menurunkan resiko terkena penyakit. Isoflavon dalam kedelai telah dipelajari untuk menjelaskan efek fisiologis dari kedelai tersebut. Ternyata, dalam beberapa kasus penyakit, isoflavon merupakan faktor kunci dalam kedelai sehingga memiliki potensi memerangi penyakit tertentu.
Isoflavon kedelai dapat menurunkan
resiko penyakit jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Protein kedelai telah terbukti mempunyai efek menurunkan kolesterol, yang dipercaya karena adanya isaoflavon di dalam protein
tersebut. Penelitian menggunakan monyet rhesus menunjukkan bahwa protein kedelai
yang mengandung isoflavon secara nyata menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan protein kedelai tanpa kolesterol.
Studi
epidemologi telah membuktikan bahwa
masyarakat
yang secara
teratur mengkonsumsi makanan dari kedelai, memiliki
kasus
kanker payudara, kolon
dan
prostat yang lebih rendah. Mereka terutama jarang terkena kanker yang berhubungan dengan hormon. Bukti ini telah mendorong
para peneliti untuk meneliti kemungkinan pengaruh phitoestrogen terhadap resiko kanker. Wanita dengan produksi
hormon estrogen yang berlebihan mempunyai resiko terkena kanker payudara. Phitoestrogen
mempunyai efek estrogen yang lemah, dan dapat berikatan dengan reseptor estrogen. Secara teoritis hal ini
berarti isoflavon (phitoestrogen) bertindak sebagai anti-estrogen, sehingga menurunkan
resiko kanker.
Isoflavon
kedelai juga terbukti, melalui penelitian in vitro dapat menghambat
enzim tirosin kinase, oleh karena itu dapat menghambat perkembangan sel-sel kanker dan angiogenesis.
Hal
ini berarti suatu tumor tidak dapat membuat pembuluh darah baru,
sehingga tidak dapat tumbuh. Penelitian in vitro yanglain menunjukkan
bahwa genistein menghambat pertumbuhan sel kanker
prostat dan sel kanker
payudara manusia. Genistein juga mempunyai
aktivitas anti oksidan, yang berperan dalam kemampuannya sebagai zat anti karsinogen.
Peranan isoflavon dalam membantu menurunkan osteoporosis juga telah diteliti.
Konsumsi protein kedelai dengan isoflavon telah terbukti dapat mencegah kerapuhan
tulang pada tikus yang digunakan sebagai model untuk penelitian osteoporosis. Studi
yang lain menunjukkan
hasil yang sama pada saat menggunakan genistein saja. Ipriflavone, obat yang dimetabolisme menjadi daidzein telah terbukti dapat menghambat
kehilangan kalsium melalui urine pada wanita post monopouse.
Produk kedelai yang mengandung
isoflavon dapat membantu pengobatan simptom monopouse.
Pada wanita yang memproduksi sedikit estrogen, isoflavon (phitoestrogen) dapat menghasilkan cukup aktivitas estrogen untuk mengatasi simptom
akibat monopouse,
misalnya hat flashes. Suatu penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi
48 gram tepung kedelai per hari mengalami hot flashes 40 % lebih
rendah. Dari segi epidemologi, wanita Jepang yang konsumsi
isoflavonnya tinggi jarang dijumpai simptom post monopousal.
Hal
yang perlu
diingat
adalah
bahwa
selama
ini efek
jangka panjang dari isoflavon terjadi karena bahan tersebut terkandung didalam produk-produk kedelai.
Produk-produk kedelai tersebut telah dikonsumsi selama ribuan tahun dan terbukti aman.
Tetapi, saat ini telah banyak laboratorium mengekstrak isoflavon dan
dijual sebagai
suplemen di toko-toko kesehatan. Dalam bentuk murni tersebut aturan dan akibatnya belum jelas. Jadi,
cara terbaik untuk
mendapatkan
khasiat isoflavon adalah dengan menikmati produk-produk hasil olahan kedelai.